안녕하세요 ( Annyeong haseyo )


Ahlan Wa Sahlan

Ahlan Wa Sahlan,안녕하세요 ( Annyeong haseyo ), Welcome to my Blog. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Syukron. Barakaalluhu Fiikum

Minggu, 18 November 2012

Kisah Tragis Seorang Jamal

Alhamdulillah setelah sekian lama kami absen di dunia maya, akhirnya kami bisa menampilkan salah satu kisah perjalanan hidup bani Adam. Kisah ini ditulis oleh Umm Hamzah Tiara, yang diupload pada tanggal 14 Januari 2004 silam dalam situs  Jilbab Online. Berikut ini kisahnya, selamat menyimak, dan semoga bermanfaat.

Sebuah kisah nyata yang belum lama terjadi di Cairo, Mesir. Seperti yang di ceritakan seorang ikhwan kepada suami ana, Abu Hamzah As Salafee.

Kehidupan di Mesir tidak jauh berbeda dengan kehidupan di Indonesia. Mulai dari mayoritas penduduknya yang sama-sama muslim, hingga inflasi yang begitu tinggi. Seorang pemuda Mesir, berusia sekitar 20 tahunan, sebut saja namanya Jamal, seperti pemuda kebanyakan di Mesir, Jamal memiliki gaya hidup yang sangat jauh berbeda dengan gaya hidup seorang muslim yang sebenarnya. Jangankan untuk sholat 5 waktu, meninggalkan sholat jum’at saja sudah biasa bagi Jamal. Drugs, music, dan minuman beralkohol sudah menjadi bagian dari hidupnya sehari-hari. Belum lagi dengan fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang di berikan oleh orangtua Jamal yang memang tergolong orang berada di Cairo.

Selain banyak tempat untuk menimba Ilmu, tempat-tempat kemaksiatanpun banyak di jumpai di Cairo. Kehidupan malam di Cairo tidak jauh berbeda dengan kehidupan malam di Jakarta. Mulai dari Bar, Diskotik, sampai tempat pelacuranpun terdapat disana. Hanya saja kondisinya tidak seterbuka di Indonesia. Setiap malam, Jamal tidak pernah absen untuk mengunjungi diskotik langganannya dengan mengendarai mobil sport miliknya (pemberian orangtuanya tentu saja). Sampai pada malam itu, menjelang dini hari saat Jamal baru pulang dari diskotik.

Di dalam perjalanan, tape di mobil Jamal mendendangkan lagu kesayangan Jamal I Will Survive, sesekali Jamal juga berdendang kecil I Will Survive, I Will Survive, Yeah Yeah.. Hingga, terjadilah kecelakaan pada malam itu. Sesampainya di Rumah Sakit, berkumpulah keluaraga Jamal untuk mendampinginya. Salah satunya adalah Akhi Yasir, Sepupu Jamal, sekaligus teman Suami Ana. Melihat kondisi Jamal yang sudah berada di ambang sakaratul maut, akhi Yasir membisikan di telinga Jamal Say Laailaahaillallaah, remember Allah, ya akhi.. Sampai beberapa kali Akhi Yasir mengulangi kalimat tersebut, dan dengan nafas terakhirnya Jamal mengucapkan sesuatu dengan lirih, I Will Survive, I Will Survive, Yeah Yeah.. Naudzubillahi min dzalik, Wallahul Musta’an..

Semoga kisah ini dapat mengingatkan kita agar tidak pernah berhenti mengingat Allah walaupun hanya sedetik 

Ø Special thanks to my beloved husband, may Allah always be with u, keep u under safety and strong iman..
Ø For Jamal in that story, I don’t think so that u will survive 

Sabtu, 11 Agustus 2012

Kisah Teladan

Do’a Tukang Sepatu yang Mustajab

Dari Muhammad bin Al-Muhandits diriwayatkan bahwa ia berkata: "Ada sebuah tiang di Masjid Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang biasa kugunakan untuk shalat dan belajar di malam hari. Pada waktu itu penduduk Madinah mengalami masa paceklik. Maka merekapun keluar menjalankan shalat Istisqa'. Namun hujan tidak juga turun. Pada malam harinya, seperti biasa aku shalat Isya' di Masjid Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, lalu aku datang mendatangi tiang itu dan menyandarkan tubuhku di sana (istirahat). Tiba-tiba datang seorang lelaki berkulit hitam kecoklat-coklatan, mengenakan kain sarung, dan pada lehernya tergantung kain yang lebih kecil lagi. Lelaki itu kemudian mendekati tiang di depanku, sementara (tanpa dia ketahui) aku berada di belakangnya. Kemudian dia shalat dua raka'at lalu duduk seraya berdo'a :"Wahai Rabb-ku. Para penduduk Madinah kota Nabi-Mu telah keluar meminta hujan, namun Engkau tidak juga mencurahkan hujan. Kini aku bersumpah atas nama-Mu, turunkanlah hujan." Ibnul Muhandits bergumam : "jangan-jangan ini orang gila."

Ia meneruskan: "Tatkala lelaki itu meletakkan tangannya, tiba-tiba aku mendengar suara guntur, diikuti dengan hujan yang turun dari langit yang menyebabkan diriku berkeinginan kembali ke rumah. Ketika ia mendengar suara hujan, ia segera memuji Allah dengan berbagai pujian yang belum pernah kudengar yang semacam itu sebelumnya." Perawi melanjutkan : "Kemudian lelaki itu berkata : "Siapa saya, dan apa kedudukan saya, sehingga doa saya terkabul. Akan tetapi aku tetap berlindung dengan memuji diri-Mu dan berlindung dengan pertolongan-Mu." Lalu perawi melanjutkan: "kemudian lelaki itu mengenakan kain yang digunakan untuk menyelimuti tubuhnya, lalu kain yang bergantung di punggungnyaia turunkan ke kakinya. Setelah itu ia shalat. Ia terus menjalankan shalatnya, sampai ia merasa akan datang Shubuh. Setelah itu ia melakukan shalat Witir dan shalat sunnah Fajar dua raka'at. Kemudian dikumandangkan iqamat Shubuh, ia turut shalat berjama'ah bersama orang banyak. Akupun turut shalat bersamanya . Setelah imam mengucapkan salam, ia (lelaki hitam) segera bangkit dan keluar masjid. Akupun mengikutinya dari belakang, hingga pintu masjid. Lalu dia mengangkat pakaiannya dan berjalan di air yang tergenang (karena hujan). Akupun ikut mengangkat pakaianku dan berjalan di genangan air. Namun kemudian aku kehilangan jejak.

Pada malam selanjutnya, aku kembali shalat Isya di Masjid Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, lalu aku mendatangi tiang tersebut dan berbaring di sana. Tiba-tiba lelaki itu datang lagi dan berdiri di tempat biasa. Ia menyelimuti tubuhnya dengan kain, sementara kain lainnya yang berada di punggungnya ia selempangkan di kedua kakinya, kemudian melakukan shalat. Ia terus melakukan shalat, sampai ia khawatir kalau datang waktu Shubuh, baru ia melakukan Witir dan dua raka'at sunnah Fajar. Setelah itu iqamat berkumandang. Ia langsung shalat berjama'ah, akupun turut bersamanya. Ketika Imam telah mengucapkan salam, ia keluar. Aku juga keluar mengikutinya. Ia berjalan dengan cepat. Akupun mengikutinya hingga sampai ke salah satu rumah di kota Madinah yang kukenal. Akupun kembali ke masjid.

Setelah terbit matahari, dan aku telah menunaikan shalat (Dhuha). Aku segera keluar mendatangi rumah tersebut. Kudapati dirinya sedang duduk menjahit. Ternyata ia tukang sepatu. Ketika ia melihatku, ia segera mengenaliku. Ia berkata : "Wahai Abu Abdillah, selamat datang. Ada yang bisa kubantu? Anda ingin saya buatkan sepatu?" Aku segera duduk dan berkata : "Bukankah engkau yang menjadi temanku di malam pertama itu?" Rona wajahnya berubah menghitam dan berteriak sambil berkata : "Wahai Ibnul Muhandits, apa urusanmu dengan kejadian itu ?" Perawi melanjutkan: "Lelaki itu marah dan akupun segera meninggalkannya." Aku mengatakan: "Sekarang juga aku keluar dari tempat ini."

Pada malam ketiga, aku kembali shalat Isya di akhir waktu di Masjid Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, kemudian menuju tempatku untuk berbaring. Namun lelaki itu tak kunjung datang. Ibnul Muhandits bergumam: "Inna lillahi, apa yang telah aku perbuat?" Pagi harinya, aku duduk di masjid hingga matahari terbit. Kemudian aku keluar untuk mendatangi rumah yang di tempati lelaki tersebut. Ternyata kudapati pintunya terbuka. Dan ternyata rumah itupun sudah tidak berpenghuni lagi. Pemiliki rumah yang ditinggali lelaki itu bertanya kepadaku: "Wahai Abu Abdillah, apa yang terjadi antara anda dengan dirinya kemarin?" Aku balik bertanya: "Apakah gerangan yang terjadi dengannya?" Orang-orang di situ berkata :"Ketika anda keluar dari rumahnya kemarin, lelaki itu segera membentangkan kainnya di tengah ruangan rumahnya. Kemudian ia tidak menyisakan selembar kulit ataupun sepatu. Semuanya dia letakkan dalam kainnya, lalu diangkut. Setelah itu kami tidak tahu lagi ke mana lagi dia pergi."

Muhammad bin Al-Muhandits berkata: "Setiap rumah yang ada di kota Madinah yang kuketahui pasti kusinggahi untuk mencarinya. Namun aku tidak menemukannya lagi. Semoga Allah merahmatinya."
Catatan: Dalam buku terjemahannya tertulis Muhammad bin Al-Mukandir, namun menurut seorang sumber yang terpercaya seharusnya Muhammad bin Al-Muhandits.

Sumber : " Panduan akhlak salaf " Hal 24-26

Kamis, 09 Agustus 2012

Kisah Teladan


Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma

Beliau adalah putra paman Rasulullah yaitu Abbas bin Abdul Muthalib Syaibah bin Hasyim. Nama aslinya adalah Amr bin Abdul Manaf bin Qashay bin Kilab bin Murrah bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihar Al-Quraisy Al-Hasyimi Al-Makki Al-Amir. Beliau lahir di rumah Bani Hasyim tahun ke-3 Hijriyah. Jadi, Beliau juga masih termasuk keluarga dan sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang mulia.

Beliau adalah sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Selisih umur beliau dan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam adalah 58 tahun, saat kematian Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam beliau berumur 15 tahun. Beliau adalah seorang yang elok wajahnya, berkulit putih, ganteng, tinggi badannya, gagah, cerah roman mukanya bagai bulan. Berkata Atta' dalam Siyar al 'alam an-Nubala', " Waktu kami melihat bulan, malam ke-14 yang kami ingat tak lain adalah wajah Ibnu abbas, selain dari akalnya yang cerdas, kaya, dan juga termasuk laki-laki sempurna. Sehingga beliau dikatakan hibrul ummah (pemimpin ummat), faqihul ashr (faqih di masanya ) dan imam tafsir. Ia dijuluki pula al-bahr (lautan) karena banyaknya ilmu. Di samping itu ia banyak didoakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah sahabat Nabi yang kaya raya, sehingga tidak pernah kosong roti dan daging di dalam rumahnya. Walaupun demikian ia bersifat dermawan.  

Semua insan tidak lepas dari cobaaan, musibah dan ujian. Tak terkecuali Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma. Ia mendapat musibah di masa usia lanjutnya dengan lemah pandangan dan buta matanya. Ketika tertimpa musibah tersebut datanglah sekelompok penduduk Thaif menghadap Ibnu abbas sambil membawa buku buah karya beliau. Mereka minta dibacakan. Permintaan itu menjadikan beliau bimbang. lantas beliau berkata, " Sesungguhnya aku bimbang lantaran musibahku ini. Maka barang siapa yang memiliki ilmu dariku, hendakanya ia bacakan dihadapanku. Sesungguhnya pengakuanku adalah seperti bacaanku sendiri." Kemudian mereka pun membacakan kitab tersebut di hadapannya.

Beliau menguasai dengan baik ilmu fikih sampai kepada ilmu ta'wil Al-Qur'an. Dan yang terkenal dari beliau adalah ilmu tafsir. Semua itu berkat do'a-do'a Rasulullah kepadanya. Dan sebaik-baik penerjemah Al-Qur'an adalah beliau.

Keutamaan yang dimiliki Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma adalah banyak sekali, diantaranya:
Pernah ia didekap Rasulullah seraya beliau berdo'a, artinya : " Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah". Yang dimaksud hikmah adalah pemahaman terhadap Al-Qur'an. (HR.Tirmidzi dalam Tuhfatul Ahwadzi Juz X No. 40077)

Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma pernah melihat Jibril dalam dua kesempatan. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, "Aku bersama bapakku di sisi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan di samping Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam ada seorang laki-laki yang membisikinya. Maka seakan-akan beliau berpaling dari bapakku. Kemudian kami beranjak dari sisi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam seraya bapakku berkata, " Wahai anakku, tahukah engkau kenapa anak laki-laki pamanmu (Rasulullah) sepert berpaling (menghindari aku)? Maka aku menjawab, " Wahai bapakku, sesungguhnya di sisi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam ada seorang laki-laki yang membisikinya. " Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, " Kemudian kami kembali ke hadapan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam lantas bapakku berkata, " Ya Rasulullah aku berkata kepada Abdullah seperti in dan seperti itu, kemudian Abdullah menceritakan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki di sampingmu yang berbisik-bisik kepadamu. Apakah benar memang ada seseorang di sampingmu? Rasulullah balik bertanya, "Apakah engkau melihatnya ya Abdullah ? " Kami menjawab, " Ya. Rasulullah bersabda, " Sesungguhnya ia adalah Jibril alaihi salam. Dialah yang menyibukkan kami dari kamu sekalian. " (HR. Ahmad dalam Fathu Rabbani dan A-Thabrani dengan sanad shahih)

Abbas mengutus Ibnu Abbas kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu keperluan, dan Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma menjumpai Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersama seorang laki-laki.
Maka tatkala ia kembali dan tidak bicara kepada Rasulullah, maka Rasulullah bersabda, " Engkau melihatnya ?" Abdullah (Ibnu abbas) menjawab, "Ya," Rasulullah bersabda, Ia adalah Jibril. Iangatlah sesungguhnya ia tidak akan mati sehingga hilang pandangannya (buta) dan diberi (didatangkan ilmu)." (HR. Thabrani dengan sanad dan rijal kuat)

Beliau pernah di do'akan Nabi dua kali, saat didekap beliau dan saat ia melayani Rasulullah dengan mengambil air wudlu, Rasululah berdo'a, " Ya Allah fahamkanlah (faqihkanlah) ia."
(HR. Muslim)

Ibnu Abbas wafat pada tahun 78 hijriyah, dalam usia 75 tahun, diriwayat lain 81 tahun. Dari Ibnu Jubair menceritakan, bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma wafat di Thaif. Kami menyaksikan jenazahnya, maka saat itu tiba-tiba kami melihat burung putih datang yang tidak diketahui bentuk wujudnya. Kemudian masuk ke dalam keranda mayat Ibnu Abbas. Kami memandang dan berfikir apakah burung itu akan keluar dari keranda. Ternyata, burung itu tidak diketahui keluarnya dari keranda mayat itu. Dan ketika mayat telah dimasukkan/dimakamkan, tiba-tiba di tepi kuburan Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma terdengar suara bacaan ayat Al-Qur'an Surat Al-Fajr 27-30,

" Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."


(Sumber: As Sunnah edisi 18/II/1416-1995; Hal. 67, dengan sedikit perubahan tapi tidak mengurangi isi maknanya).

Sabtu, 14 Juli 2012

Resensi Buku


Metode Asy – Syafi’i : Cara Praktis Baca Al – Qur’an
dan Ilmu Tajwid
Judul                           : Metode Asy – Syafi’i : Cara Praktis Baca Al – Qur’an dan Ilmu Tajwid
Penerbit                    : Pustaka Imam Asy – Syafi’i
Cetakan Ke               : Tiga (Muharram 1433 H/Desember 2011)
Jumlah Halaman    : x + 136 hlm
Ukuran                       : 19 x 25,5 cm
Penyusun                 : Abu Ya’ala Kurnaedi, Lc., Nizar Bin Sa’ad Jabal, Lc, M.Pd
Muraja’ah                 : Ahmad Zakariya, S.Pdi., Husnan Nurhadi, Lc., Muhammad Aswandi

Rasulullah Shollallahu’alaihi Wasallam Bersabda :
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
Artinya : “ Orang yang mahir membaca (dan menghafal) al – Qur’an bersama Malaikat yang mulia lagi taat. Orang yang membaca al – Qur’an dengan terbata – bata lagi sulit (dalam membacanya) mendapatkan dua pahala. (HR. Muslim)

Berdasarkan sabda baginda Rasulullah Shollallahu’alaihi Wasallam di atas maka sungguhlah agung keutamaan membaca al – Qur’an baik yang membaca terbata – bata, atau yang mahir membacanya akan mendapatkan keutamaan sesuai dengan kedudukannya masing – masing dan masih banyak lagi hadits – hadits Rasulullah Shollallahu’alaihi Wasallam yang menjelaskan tentang keutamaan orang yang membaca al – Qur’an. Karena keutamaan yang agung inilah membaca al Qur’an tidak sama seperti membaca tulisan – tulisan yang dibuat oleh manusia atau kitab – kitab buatan manusia lainnya. Membaca al Qur’an harus sesuai dengan yang diperintahkan Allah Ta’ala dan dicontohkan oleh Rasulullah Shollallahu’alaihi Wasallam.

Dalam sejarah islam kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad Shollallahu’alaihi Wasallam pernah mencontohkan tartil dengan cara baca tertentu kepada para sahabatnya. Hal ini bisa dipahami dengan mempelajari ilmu tajwid. Saking pentingnya ilmu tajwid ini bahkan para ulama menggolongkannya kepada kewajiban bagi setiap muslim yang hendak membaca al Qur’an. Al – Imam Ibnul Jazari
rahimahullah berkata : 
والأخذ بالتّجويد حتم لآزم (*) من لم يجوّدالقرآن أثم لأنه به الإله أنزل (*) و هكذا منه إلين وصلا
Membaca Al Qur’an dengan tajwid hukumnya wajib. Barang siapa yang membaca Al Qur’an tanpa memakai tajwid hukumnya berdosa. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala menurunkan Al Qur’an dengan tajwidnya. Demikianlah yang sampai kepada kita dariNya.

Ilmu tajwid merupakan ilmu yang sangat penting yang perlu dipelajari oleh kaum muslimin dan hendaknya kaum muslimin berupaya semaksimal mungkin untuk memperbaiki diri mereka dalam membaca al Qur’an dengan benar. Dalam mempelajari ilmu tajwid hendaknya belajar kepada seorang guru yang ahlinya, sebagaimana Rasulullah Shollallahu’alaihi Wasallam – pun langsung diajarkan oleh malaikat Jibril a’laihissalam. Belajar ilmu tajwid kepada guru pembimbing ada baiknya menggunakan buku panduan agar terhindar dari kesalahan atau kekeliruan dalam penerapannya. Salah satu buku yang bisa digunakan dalam belajar adalah buku yang berjudul “Metode Asy – Syafi’i : cara praktis baca al Qur’an dan ilmu tajwid praktis”. Buku ini awalnya merupakan diktat panduan praktis belajar membaca al – Qur’an dan ilmu tajwid yang diterapkan di ma’had Imam asy – Syafi’i, Jakarta. Diktat disusun dengan pendekatan praktik yang mudah dan ringkas. Untuk memenuhi tuntutan mudah dipelajari dan dipahami maka penulis melakukan suatu uji coba dan pelatihan selama dua tahun, kemudian melakukan evaluasi serta perbaikan di berbagai sisi, baik pada sisi setingan, bahasa, penjabaran, maupun sisi pilihan ragam tulisan. Alhamdulillah, dari uji coba selama dua tahun tersebut, hasilnya sangat memuaskan.

Perjalanan waktu yang cukup panjang dalam melakukan uji coba dan praktik di ma’had Imam asy – Syafi’i, Jakarta, maka  penulis menamakan buku yang berasal dari diktat ini dengan “Metode Asy – Syafi’i”.  Buku ini dicetak menjadi dua bagian yakni buku untuk Kelas Iqra’ ( pemula) dan buku gabungan untuk Kelas Iqra’ dan Tajwid. Dan buku yang diresensi ini adalah buku gabungan untuk kelas Iqra’ dan Tajwid.

Buku “Metode Asy – Syafi’i kelas Iqra’ dan Tajwid diperuntukkan bagi segala usia. Di dalam buku ini terdapat : Panduan Pembelajaran Buku Tajwid Metode Asy – Syafi’i, dengan durasi waktu yang diprogramkan 20 jam ( 1 jam = 60 menit) yang terdistribusi ke–13 poin Kompetensi yang ingin dicapai, dan Kelas Program Pendalaman yang terdistribusi ke–6 poin kompetensi. Secara umum buku ini terdiri atas tiga kelas, yakni :  Kelas Iqra’, Kelas Tajwid, dan Kelas Program Pendalaman.

Kelas Iqra’ terdiri atas 14 pokok bahasan yaitu mengenal huruf – huruf hijaiyah, harakat fatihah, harakat kasrah, harakat dhammah, menyambung huruf – huruf hijaiyah, mengenal tanwin, sukun, tasydid, mad, baca al, dan sebagainya. Untuk pembahasan tertentu pembaca akan diajak ke sub-pokok bahasan latihan dan evaluasi. Jika dalam membaca masih banyak yang keliru maka akan disuruh mengulangi sampai benar. Memang keunikan dari buku ini terdapatnya sub – pokok bahasan latihan dan evaluasi pada kelas Iqra’ dan Tajwid yang digunakan sebagai pertimbangan untuk berpindah dari pokok bahasan yang lain atau kenaikan kelas.

Setelah menguasai dan benar membaca seluruh pokok bahasan pada kelas Iqra’, maka dilanjutkan pada kelas tajwid yang terdiri 8 pokok bahasan utama. Pokok bahasan pada kelas Tajwid dimulai dengan cara membaca dengan benar isti’adzah, basmalah, cara menyambu sukunng dua surat, hukum nun sukun dan tanwin, tanda baca dalam al – Qur’an, hukum mim  sukun, hukum idgham dan jenis – jenisnya, mad ashliy/thabi’iy, mad far’i, hukum Ra, makharij huruf, dan sifat – sifat huruf. Berikutnya kelas yang terakhir adalah Kelas Program Pendalaman. Setelah menguasai kelas tajwid alangkah baiknya jika melanjutkan ke materi pengayaan atau pendalaman. Pada Kelas Program Pendalaman terdiri atas pokok bahasan Waqaf dan Ibtida’, mengenal Nabr, ayat – ayat Gharibah, Nun ‘Iwadh atau Nun Washal, membaca Mad Jaiz dari jalur Thayyibatun Nasyr, dan kaidah seputar bacaan Mad.

Alhamdulillah kita sudah berada di akhir tulisan ini, semoga Allah Ta’ala memberikan rahmad dan hidayah–Nya sehingga memudahkan kita semua dalam belajar membaca al – Qur’an dengan baik dan benar. Ketika kita sudah mampu membacanya dengan benar maka mudah – mudahan kita mampu mengamalkan dan mengajarkanya kepada orang lain. Sesungguhnya ini adalah perbuatan yang sangat terpuji di sisi Allah Ta’ala, dan memiliki keutamaan yang agung. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shollallahu’alaihi Wasallam : “sebaik – baik orang di antara kalian adalah yang mempelajari al – Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari). Semoga tulisan yang sedikit ini bisa memberikan manfaat buat kita semua dan kami mohon maaf apabila ada kata – kata dalam tulisan ini yang kurang berkenan di hati atau ada kesalahan dalam tulisan ini. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Waallahu a’lam. Syukron. Barakallahu fiikum. (Admin FaresT)