안녕하세요 ( Annyeong haseyo )


Ahlan Wa Sahlan

Ahlan Wa Sahlan,안녕하세요 ( Annyeong haseyo ), Welcome to my Blog. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Syukron. Barakaalluhu Fiikum

Jumat, 15 Juni 2012

Resensi Buku


SANDIWARA LANGIT

Penulis                      : Abu Umar Basyier
Judul                          : Sandiwara Langit ; Sebuah Kisah Nyata Bertabur Hikmah Penyubur Iman
Penerbit                    : Shofa Media Publika
Cetakan Ke              : Pertama ( April 2008)
Jumlah Halaman    : 213 hlm
Ukuran                      : -

Empat tahun yang lalu atau tepatnya tahun 2008 teman saya membawakan sebuah buku yang sungguh mengharukan dan penuh dengan baluran hikmah yang bisa kita ambil pelajaran. Qodharullah teman saya langsung memberikan izin untuk bukunya saya baca. Alhamdulillah saya sudah menghatamkan buku ini sebanyak tiga kali. Akhirnya, satu minggu kemudian saya langsung meminta bantuan teman saya tadi buat mencarikan buku tersebut lewat saudaranya yang ada di solo untuk saya koleksi pribadi. Maklum waktu itu di Jember belum beredar, saya sudah mencarinya di toko – toko buku yang ada di Jember termasuk toko buku yang terkenal di Jawa, bahkan nasional. Alasan ingin mengoleksinya sangat sederhana yakni isinya sangat bagus sekali dan kisah ini dapat kita baca sewaktu – waktu ketika kita merasa ruwet dan rumit terhadap jalan hidup yang dilalui, ternyata di luar sana masih ada cerita kondisi yang lebih menyedihkan nasibnya, liku – liku takdir yang orang lain hadapi di luar sana jauh lebih rumit dari kehidupan kita. Dengan demikian kita akan merasa selalu bersyukur dan bisa mewarnai kehidupan sendiri dengan benar karena kehidupan kita tidak sepahit saudara – saudara kita di luar sana. Buku yang dimaksud adalah buku berjudul “Sandiwara Langit”.

Ketika berhasil mendapatkan buku “Sandiwara Langit” belum terbesit di dalam pikiran untuk menggoreskan tinta meresensinya. Baru pada awal bulan Juni 2012 ada keinginan meresensi buku “Sandiwara Langit” itu muncul setelah melihat beberapa ikhawa yang meresa bimbang untuk menikah, atau sudah berumah tangga menghadapi sedikit benturan dengan mertua atau masalah ekonomi keluarga sudah sesak dan mengeluh seakan – akan masalahnya itu paling berat sendiri.  Saya saran sebaiknya Anda membaca dulu buku ini!. Mudah – mudahan buku hasil karya “Al Ustadz Abu Umar Basyier Hafizahullah” ini bisa menjadi obat ramuan galaunya hati ini, bisa menjadi wejangan dan nasihat bagi kita semua.

Buku berjudul “Sandiwara langit” ini merupakan seri buku laris yang ditulis oleh Penulis Buku Best seller “Sutra Ungu” yang bermula dari pertanyaan – pertanyaan sepasang suami istri – terutama si suami – yang keduanya adalah anggota majelis ta’lim beliau di suatu kota di Indonesia. Di dalam buku ini disebutkan bahwa pertanyaan – pertanyaan itu dilontarkan kepada seorang ustadz, dalam rentang waktu 10 tahun dan hingga akhirnya kisah itu berakhir selesai disusun pada hari kamis 21 Maret 2008 pukul 15:22, di Sukoharjo (Jawa Tengah). Sisi lain dari buku ini adalah menjelaskan suatu pendapat atau alasan perbuatan dengan dalil yang shahih berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadits, serta terkadang menggunakan pendapat ulama ahli sunnah. Jadi, buku ini adalah kisah nyata yang diangkat dari pertanyaan – pertanyaan beserta jawabannya yang dapat dipetik hikmahnya untuk jadi pelajaran bagi kita semua. Selain alur ceritanya yang unik, bentuk penyajian dalam buku ini juga unik dan khas yakni bukan hanya menceritakan kehidupan seseorang seperti novel atau dongeng tapi kita pembaca juga akan mendapatkan ilmu dari setiap permasalahan yang muncul  karena dijelaskan dengan dalil - dalil yang shahih.

Tokoh utama dalam buku ini adalah seorang ikhwan yang berpendidikan SMU yang berusaha berjuang keras menyelamatkan diri dari fitnah membujang, dengan mengambil sebuah jalan yang tidak semua orang mampu melakukannya dalam usia yang sebaya atau bahkan lebih dari usianya yakni bersegera menikah di dalam kondisi yang serba terbatas, modal belum ada, pekerjaan yang layak dan mapan pun tak punya. Dalam kisah ini dituliskan bahwa setelah melakukan shalat istikharah ternyata pilihan pemuda tersebut tertuju pada seorang akhwat, seorang pemudi yang shalihah, putri Pak Rozaq, seorang pengusaha yang kaya raya yang bergerak di bidang properti. Ada keganjilan  dalam pernikahan mereka yang mungkin tidak dalam sejarah orang terdahulu atau mungkin zaman sekarang selain mereka yakni pernikahan dengan perjanjian bahwa “ setelah menikah putrinya tidak lagi bergantung kepadanya dan dalam sepuluh tahun pemuda tersebut harus mampu memberi penghidupan yang layak buat putrinya serta memiliki kehidupan yang berkecukupan. Bila tidak, pemuda tersebut harus menceraikan istrinya”, dan uniknya Pak Rozaq minta hal itu diucapkan saat akad nikah, sebagai syarat. Menarik bukan?

Jelas menarik dan unik sekali kisah perjalanan anak adam satu ini. Bagaimana kisah selanjutnya? dan siapa tokok utama pemuda shalih tersebut? bagaimana ia melalui kehidupannya? Penasaran? Ada baiknya Anda membaca buku ini! Silakan  cari di toko – toko buku terdekat! Kami haturkan permohonan maaf karena kami tidak menjual buku dan kami bukan sales, kami hanya ingin berbagi informasi tanpa ada unsur komersial. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua dan kami mohon maaf kalau ada kata – kata dalam tulisan ini atau sikap yang kurang berkenan di hati. Tak ada gading yang tak retak.  Barakaallahu fiikum. Syukron. Waallahu a’lam. (Admin FaresT).

Kamis, 07 Juni 2012

Artikel Islam

Tuntut Ilmu Sampai Negeri Cina

Oleh : Al - Ustadz Abu Halbas Muhammad Ayyub Hafizahullah



Soal:
Bagaimana kedudukan sebenarnya dua hadits berikut: Kebersihan adalah bagian dari iman dan Tuntutlah ilmu sampai di negeri Cina?
Jawab:
Dua hadits, ‘Kebersihan adalah bagian dari iman,’ dan, ‘Tuntutlah ilmu sampai di negeri Cina,’ adalah di antara sekian banyak hadits yang teramat akrab di telinga masyarakat kita, bahkan di telinga masyarakat Muslim dunia. Baik di kalangan terpelajar maupun di kalangan orang-orang awam, anak kecil maupun orang-orang dewasa.
Untuk menyukseskan program belajar digunakanlah hadits, ‘Tuntutlah ilmu sampai di negeri Cina.’ Untuk membangkitkan semangat nasionalisme digunakan hadits, ‘Cinta tanah air adalah bagian dari iman.’ Untuk program yang ada kaitannya dengan kebersihan digunakan ahdits, ‘Kebersihan adalah bagian dari iman.’ Untuk melegalkan perbedaan pendpaat digunakanlah hadits, ‘Perbedaan pendapat di antara ummatku adalah rahmat.’ Untuk menggiatkan semangat kerja dan ibadah digunakanlah hadits, ‘Bekerjalah untuk penghidupan duniamu seakan-akan engkau akan hidup untuk selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.’ Untuk memotivasi membacaa l-Qur’an digunakanlah hadits, ‘Tiap-tiap sesuatu itu ada jantungnya dan jantung al-Qur’an adalah Yasin, barangsiapa yang membacanya seolah-olah ia telah membaca al-Qur’an 10 kali.’
Hadits-hadits yang kami sebutkan di atas bukanlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, melainkan kebohongan yang dibuat-buat dan dinisbatkan kepada Rasulullah. Untuk urusan ini, kita mesti berhati-hati karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa yang menceritakan suatu hadits dariku yang ia ketahui bahwasanya itu dusta, maka ia termasuk golongan para pendusta.’ [HR. Muslim 1/9].
Andai bukan karena keterbatasan ruang, niscaya akan kami terangkan semua kedudukan hadits-hadits tersebut. Tetapi, dalam kesempatan ini kami hanya akan menjelaskan dua hadits yang telah kami sebutkan di awal pembahasan ini.
Kebersihan Sebagian daripada Iman
Kebersihan sebagian daripada iman’, bukan hadits!
Para ahli ilmu tidak menemukannya di dalam kitab-kitab hadits dan tidak pula menemukannya di dalam kitab kumpulan hadits-hadits palsu (maudhu’).
Ada yang serupa dengan ungkapan tersebut yaitu, ‘Kebersihan mengajak pada iman,’ sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Khathib al-Baghdadi dalam bukunya Talkhis al-Mutasyabbih fi ar-Rasm 1/2233-224, maka dia membawa sanadnya sampai kepada Abdullan bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Mencabut sisa-sisa makanan di sela-sela gigi, maka sesungguhnya itu adalah kebersihan dan kebersihan itu mengajak pada keimanan dan iman akan berada di Syurga bersama orang yang beriman.’ Dalam sanad hadits ini ada Ibrahim bin Hayyan. Ibnu ‘Adi membuat biografinya dalam al-Kamil 1/253 dan dia menyebutkan bahwa hadits-haditsnya palsu (maudhu’) dan munkar.
Atau ungkapan serupa lainnya, ‘Agama itu dibangun atas dasar kebersihan’, seperti yang disebutkan oleh Imam al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya ‘Ulmuddin 1/124. Namun, ungkapan ini dikomentari oleh al-Hafidz al-Iraqy, beliau berkata, ‘Saya tidak dapati hadits yang bentuknya sebagaimana tersebut ini.’ Ungkapan seperti ini menunjukkan bahwa beliau menolak keberadaan hadits ini alias hadits ini adalah palsu.
Tuntulah Ilmu Sampai Negeri Cina
Tuntutlah ilmu walau di negeri Cina’, hadits bathil! Bukan ucapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Ady dalam kitabnya 2/207, Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru al-Ashbahan 2/206, al-Khatib al-Baghdady dalam kitab at-Tarikh 9/364. Semua riwayat ini melalui jalan; al-Hasan bin ‘Athiyah. Tetapi, dalamsanadnya ada rawi yang bernama; Abu ‘Atikah dan ia termasuk rawi yangmatruk. Rawi inilah yang meriwayatkan dengan adanya tambahan ; Walau di negeri Cina. Imam al-Bukhari mengatakan, ‘Ia (Abu ‘Atikah) adalah munkarul hadits (suka meriwayatkan hadits-hadits munkar).’ An-Nasa’i berkata, ‘Bukan rawi kepercayaan.’ As-Sulaimany menggolongkannya sebagai orang-orang yang dikenal memalsukan hadits. [Untuk jawaban dan penilaian secara rinci silakan merujuk pada kitab adh-Dhaifah 1/416 karya Syaikh al-Albani].
Kesimpulan
  1. Dua hadits yang telah kita bahas di atas adalah hadits palsu, bukan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
  2. Setelah jelas kepalsuan dua hadits di atas, tidak bermakna bahwa seorang Muslim tidak diperintahkan menjaga kebersihan dan tidak pula dibebankan menuntut ilmu. Ada banyak ayat ataupun hadits shahih yang menerangkan demikian. Untuk kebersihan lihatlah QS. al-Baqarah ayat 222, sedang untuk menuntut ilmu lihatlah QS. al-‘Alaq ayat 1 dan QS. at-Taubah ayat 122.
  3. Tidak halal meriwayatkan apalagi mengamalkan hadits palsu. Adapun jika tujuan meriwayatkannya sebagai bentuk informasi kepada orang lain, lalu menerangkan kepalsuannya setelah meriwayatkan hadits tersebut, amka ahl itu diperbolehkan. Wallahu A’lam.
(Abu Halbas Muhammad Ayyub. Jember 1413 H. http://alburhanalislamiah.blogspot.com/2012/05/tuntut-ilmu-sampai-negeri-cina.html?)

Senin, 04 Juni 2012

Artikel Islam

Penggerebekan dan Penghancuran Tempat Maksiat

Insya Allah  tanggal 20 Juli 2012, kaum muslimin akan menghadapi musim kebaikan, bulan yang agung, bulan diturunkannya Al Qur'an, musim pemberian hadiah dan diskon besar - besaran pahala dari Allah, yakni bulan Ramadhan. Biasanya akan menyongsong bulan Ramadhan tersebut ada sekelompok Aliran Islam Radikal yang kegiatannya menghancurkan lokasi pelacuran dan mabuk-mabukan, dengan alasan menghormati bulan  ramadhan dan mengamalkan hadits tentang merubah kemungkaran dengan kekuatan tangan. Bagaimana ulama menjelaskan masalah tersebut? di sini kami akan memaparkan pendapat ulama Ahlus Sunnah yang kami ambil dari facebook (http://www.facebook.com/notes/abu-muhammad/penggerebekan-dan-penghancuran-tempat-maksiat/187255027980326) yang dipublikasikan pada 25 Februari 2011 pukul 17:45. Selamat Membaca, semoga bermanfaat buat kita semua. Barakaallahu Fiikum..

Penanya:
Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili ditanya: Apakah kami diperbolehkanmerubah kemungkaran dengan kekuatan tangan, seperti menghancurkan lokasi-lokasi pelacuran dan mabuk-mabukan, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin di Indonesia?

 Beliau menjawab: Ini tidak boleh! Bahkan ini termasuk kemungkaran tersendiri. Merubahkemungkaran dengan kekuatan tangan merupakan hak Waliyul Amr (umara).Tindakan melampaui batas yang dilakukan oleh sebagian orang terhadap tempat-tempat maksiat, (yakni) dengan menghancurkan dan membakarnya, atau juga tindakan melampaui batas seseorang dengan melakukan pemukulan, maka ini merupakan kemungkaran tersendiri, dan tidak boleh dilakukan.
 Para ulama telah menyebutkan masalah mengingkari dengan kekuatan tangan, merupakan hak penguasa. Yaitu orang-orang yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Barangsiapa melihat kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya.”
Makna kemampuan yang disebutkan dalam hadits ini, bukan seperti yang dibayangkan oleh kebanyakan orang, yaitu kemampuan fisik untuk memukul atau membunuh. Kalau demikian yang dimaksudkan, maka kita semua dapat memukul. Namun, apakah benar yang dimaksud seperti ini?
Kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan syar’iyah. Yang berhak melakukannya ialah orang yang memiliki kemampuan syar’iyah. Yaitu,pengingkaran terhadap mereka tidak akan menimbulkan kemungkaran lain.Dengan demikian, perbuatan melampaui batas yang dilakukan oleh sebagian orang, baik dengan memukul atau menghancurkan tempat-tempat maksiat yang dilakukan seperti pada sekarang ini merupakan pelanggaran.
Orang yang melihat kemungkaran atau melihat pelaku kemungkaran, hendaknya melaporkannya kepada polisi, sebagai pihak yang bertanggungjawab, atau para ulama atau para da’i, untuk selanjutnya diserahkan kepada yang memiliki wewenang. Kemudian akan diselidiki, sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
[Soal-jawab Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili di Masjid KampusUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta, 27 Jumadil Akhir 1427H]
***                                                                                                  
  • Sumber: Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016 – website: www.bukhari.or.id
  • Dipublikasikan kembali oleh www.muslim.or.id