안녕하세요 ( Annyeong haseyo )


Ahlan Wa Sahlan

Ahlan Wa Sahlan,안녕하세요 ( Annyeong haseyo ), Welcome to my Blog. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Syukron. Barakaalluhu Fiikum

Sabtu, 11 Agustus 2012

Kisah Teladan

Do’a Tukang Sepatu yang Mustajab

Dari Muhammad bin Al-Muhandits diriwayatkan bahwa ia berkata: "Ada sebuah tiang di Masjid Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang biasa kugunakan untuk shalat dan belajar di malam hari. Pada waktu itu penduduk Madinah mengalami masa paceklik. Maka merekapun keluar menjalankan shalat Istisqa'. Namun hujan tidak juga turun. Pada malam harinya, seperti biasa aku shalat Isya' di Masjid Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, lalu aku datang mendatangi tiang itu dan menyandarkan tubuhku di sana (istirahat). Tiba-tiba datang seorang lelaki berkulit hitam kecoklat-coklatan, mengenakan kain sarung, dan pada lehernya tergantung kain yang lebih kecil lagi. Lelaki itu kemudian mendekati tiang di depanku, sementara (tanpa dia ketahui) aku berada di belakangnya. Kemudian dia shalat dua raka'at lalu duduk seraya berdo'a :"Wahai Rabb-ku. Para penduduk Madinah kota Nabi-Mu telah keluar meminta hujan, namun Engkau tidak juga mencurahkan hujan. Kini aku bersumpah atas nama-Mu, turunkanlah hujan." Ibnul Muhandits bergumam : "jangan-jangan ini orang gila."

Ia meneruskan: "Tatkala lelaki itu meletakkan tangannya, tiba-tiba aku mendengar suara guntur, diikuti dengan hujan yang turun dari langit yang menyebabkan diriku berkeinginan kembali ke rumah. Ketika ia mendengar suara hujan, ia segera memuji Allah dengan berbagai pujian yang belum pernah kudengar yang semacam itu sebelumnya." Perawi melanjutkan : "Kemudian lelaki itu berkata : "Siapa saya, dan apa kedudukan saya, sehingga doa saya terkabul. Akan tetapi aku tetap berlindung dengan memuji diri-Mu dan berlindung dengan pertolongan-Mu." Lalu perawi melanjutkan: "kemudian lelaki itu mengenakan kain yang digunakan untuk menyelimuti tubuhnya, lalu kain yang bergantung di punggungnyaia turunkan ke kakinya. Setelah itu ia shalat. Ia terus menjalankan shalatnya, sampai ia merasa akan datang Shubuh. Setelah itu ia melakukan shalat Witir dan shalat sunnah Fajar dua raka'at. Kemudian dikumandangkan iqamat Shubuh, ia turut shalat berjama'ah bersama orang banyak. Akupun turut shalat bersamanya . Setelah imam mengucapkan salam, ia (lelaki hitam) segera bangkit dan keluar masjid. Akupun mengikutinya dari belakang, hingga pintu masjid. Lalu dia mengangkat pakaiannya dan berjalan di air yang tergenang (karena hujan). Akupun ikut mengangkat pakaianku dan berjalan di genangan air. Namun kemudian aku kehilangan jejak.

Pada malam selanjutnya, aku kembali shalat Isya di Masjid Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, lalu aku mendatangi tiang tersebut dan berbaring di sana. Tiba-tiba lelaki itu datang lagi dan berdiri di tempat biasa. Ia menyelimuti tubuhnya dengan kain, sementara kain lainnya yang berada di punggungnya ia selempangkan di kedua kakinya, kemudian melakukan shalat. Ia terus melakukan shalat, sampai ia khawatir kalau datang waktu Shubuh, baru ia melakukan Witir dan dua raka'at sunnah Fajar. Setelah itu iqamat berkumandang. Ia langsung shalat berjama'ah, akupun turut bersamanya. Ketika Imam telah mengucapkan salam, ia keluar. Aku juga keluar mengikutinya. Ia berjalan dengan cepat. Akupun mengikutinya hingga sampai ke salah satu rumah di kota Madinah yang kukenal. Akupun kembali ke masjid.

Setelah terbit matahari, dan aku telah menunaikan shalat (Dhuha). Aku segera keluar mendatangi rumah tersebut. Kudapati dirinya sedang duduk menjahit. Ternyata ia tukang sepatu. Ketika ia melihatku, ia segera mengenaliku. Ia berkata : "Wahai Abu Abdillah, selamat datang. Ada yang bisa kubantu? Anda ingin saya buatkan sepatu?" Aku segera duduk dan berkata : "Bukankah engkau yang menjadi temanku di malam pertama itu?" Rona wajahnya berubah menghitam dan berteriak sambil berkata : "Wahai Ibnul Muhandits, apa urusanmu dengan kejadian itu ?" Perawi melanjutkan: "Lelaki itu marah dan akupun segera meninggalkannya." Aku mengatakan: "Sekarang juga aku keluar dari tempat ini."

Pada malam ketiga, aku kembali shalat Isya di akhir waktu di Masjid Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, kemudian menuju tempatku untuk berbaring. Namun lelaki itu tak kunjung datang. Ibnul Muhandits bergumam: "Inna lillahi, apa yang telah aku perbuat?" Pagi harinya, aku duduk di masjid hingga matahari terbit. Kemudian aku keluar untuk mendatangi rumah yang di tempati lelaki tersebut. Ternyata kudapati pintunya terbuka. Dan ternyata rumah itupun sudah tidak berpenghuni lagi. Pemiliki rumah yang ditinggali lelaki itu bertanya kepadaku: "Wahai Abu Abdillah, apa yang terjadi antara anda dengan dirinya kemarin?" Aku balik bertanya: "Apakah gerangan yang terjadi dengannya?" Orang-orang di situ berkata :"Ketika anda keluar dari rumahnya kemarin, lelaki itu segera membentangkan kainnya di tengah ruangan rumahnya. Kemudian ia tidak menyisakan selembar kulit ataupun sepatu. Semuanya dia letakkan dalam kainnya, lalu diangkut. Setelah itu kami tidak tahu lagi ke mana lagi dia pergi."

Muhammad bin Al-Muhandits berkata: "Setiap rumah yang ada di kota Madinah yang kuketahui pasti kusinggahi untuk mencarinya. Namun aku tidak menemukannya lagi. Semoga Allah merahmatinya."
Catatan: Dalam buku terjemahannya tertulis Muhammad bin Al-Mukandir, namun menurut seorang sumber yang terpercaya seharusnya Muhammad bin Al-Muhandits.

Sumber : " Panduan akhlak salaf " Hal 24-26

Kamis, 09 Agustus 2012

Kisah Teladan


Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma

Beliau adalah putra paman Rasulullah yaitu Abbas bin Abdul Muthalib Syaibah bin Hasyim. Nama aslinya adalah Amr bin Abdul Manaf bin Qashay bin Kilab bin Murrah bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihar Al-Quraisy Al-Hasyimi Al-Makki Al-Amir. Beliau lahir di rumah Bani Hasyim tahun ke-3 Hijriyah. Jadi, Beliau juga masih termasuk keluarga dan sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang mulia.

Beliau adalah sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Selisih umur beliau dan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam adalah 58 tahun, saat kematian Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam beliau berumur 15 tahun. Beliau adalah seorang yang elok wajahnya, berkulit putih, ganteng, tinggi badannya, gagah, cerah roman mukanya bagai bulan. Berkata Atta' dalam Siyar al 'alam an-Nubala', " Waktu kami melihat bulan, malam ke-14 yang kami ingat tak lain adalah wajah Ibnu abbas, selain dari akalnya yang cerdas, kaya, dan juga termasuk laki-laki sempurna. Sehingga beliau dikatakan hibrul ummah (pemimpin ummat), faqihul ashr (faqih di masanya ) dan imam tafsir. Ia dijuluki pula al-bahr (lautan) karena banyaknya ilmu. Di samping itu ia banyak didoakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah sahabat Nabi yang kaya raya, sehingga tidak pernah kosong roti dan daging di dalam rumahnya. Walaupun demikian ia bersifat dermawan.  

Semua insan tidak lepas dari cobaaan, musibah dan ujian. Tak terkecuali Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma. Ia mendapat musibah di masa usia lanjutnya dengan lemah pandangan dan buta matanya. Ketika tertimpa musibah tersebut datanglah sekelompok penduduk Thaif menghadap Ibnu abbas sambil membawa buku buah karya beliau. Mereka minta dibacakan. Permintaan itu menjadikan beliau bimbang. lantas beliau berkata, " Sesungguhnya aku bimbang lantaran musibahku ini. Maka barang siapa yang memiliki ilmu dariku, hendakanya ia bacakan dihadapanku. Sesungguhnya pengakuanku adalah seperti bacaanku sendiri." Kemudian mereka pun membacakan kitab tersebut di hadapannya.

Beliau menguasai dengan baik ilmu fikih sampai kepada ilmu ta'wil Al-Qur'an. Dan yang terkenal dari beliau adalah ilmu tafsir. Semua itu berkat do'a-do'a Rasulullah kepadanya. Dan sebaik-baik penerjemah Al-Qur'an adalah beliau.

Keutamaan yang dimiliki Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma adalah banyak sekali, diantaranya:
Pernah ia didekap Rasulullah seraya beliau berdo'a, artinya : " Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah". Yang dimaksud hikmah adalah pemahaman terhadap Al-Qur'an. (HR.Tirmidzi dalam Tuhfatul Ahwadzi Juz X No. 40077)

Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma pernah melihat Jibril dalam dua kesempatan. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, "Aku bersama bapakku di sisi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan di samping Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam ada seorang laki-laki yang membisikinya. Maka seakan-akan beliau berpaling dari bapakku. Kemudian kami beranjak dari sisi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam seraya bapakku berkata, " Wahai anakku, tahukah engkau kenapa anak laki-laki pamanmu (Rasulullah) sepert berpaling (menghindari aku)? Maka aku menjawab, " Wahai bapakku, sesungguhnya di sisi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam ada seorang laki-laki yang membisikinya. " Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, " Kemudian kami kembali ke hadapan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam lantas bapakku berkata, " Ya Rasulullah aku berkata kepada Abdullah seperti in dan seperti itu, kemudian Abdullah menceritakan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki di sampingmu yang berbisik-bisik kepadamu. Apakah benar memang ada seseorang di sampingmu? Rasulullah balik bertanya, "Apakah engkau melihatnya ya Abdullah ? " Kami menjawab, " Ya. Rasulullah bersabda, " Sesungguhnya ia adalah Jibril alaihi salam. Dialah yang menyibukkan kami dari kamu sekalian. " (HR. Ahmad dalam Fathu Rabbani dan A-Thabrani dengan sanad shahih)

Abbas mengutus Ibnu Abbas kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu keperluan, dan Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma menjumpai Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersama seorang laki-laki.
Maka tatkala ia kembali dan tidak bicara kepada Rasulullah, maka Rasulullah bersabda, " Engkau melihatnya ?" Abdullah (Ibnu abbas) menjawab, "Ya," Rasulullah bersabda, Ia adalah Jibril. Iangatlah sesungguhnya ia tidak akan mati sehingga hilang pandangannya (buta) dan diberi (didatangkan ilmu)." (HR. Thabrani dengan sanad dan rijal kuat)

Beliau pernah di do'akan Nabi dua kali, saat didekap beliau dan saat ia melayani Rasulullah dengan mengambil air wudlu, Rasululah berdo'a, " Ya Allah fahamkanlah (faqihkanlah) ia."
(HR. Muslim)

Ibnu Abbas wafat pada tahun 78 hijriyah, dalam usia 75 tahun, diriwayat lain 81 tahun. Dari Ibnu Jubair menceritakan, bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma wafat di Thaif. Kami menyaksikan jenazahnya, maka saat itu tiba-tiba kami melihat burung putih datang yang tidak diketahui bentuk wujudnya. Kemudian masuk ke dalam keranda mayat Ibnu Abbas. Kami memandang dan berfikir apakah burung itu akan keluar dari keranda. Ternyata, burung itu tidak diketahui keluarnya dari keranda mayat itu. Dan ketika mayat telah dimasukkan/dimakamkan, tiba-tiba di tepi kuburan Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma terdengar suara bacaan ayat Al-Qur'an Surat Al-Fajr 27-30,

" Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."


(Sumber: As Sunnah edisi 18/II/1416-1995; Hal. 67, dengan sedikit perubahan tapi tidak mengurangi isi maknanya).