Tuntut Ilmu Sampai Negeri Cina
Oleh : Al - Ustadz Abu Halbas Muhammad Ayyub Hafizahullah
Soal:
Bagaimana kedudukan sebenarnya dua hadits berikut: Kebersihan adalah bagian dari iman dan Tuntutlah ilmu sampai di negeri Cina?
Jawab:
Dua hadits, ‘Kebersihan adalah bagian dari iman,’ dan, ‘Tuntutlah ilmu sampai di negeri Cina,’
adalah di antara sekian banyak hadits yang teramat akrab di telinga
masyarakat kita, bahkan di telinga masyarakat Muslim dunia. Baik di
kalangan terpelajar maupun di kalangan orang-orang awam, anak kecil
maupun orang-orang dewasa.
Untuk menyukseskan program belajar digunakanlah hadits, ‘Tuntutlah ilmu sampai di negeri Cina.’ Untuk membangkitkan semangat nasionalisme digunakan hadits, ‘Cinta tanah air adalah bagian dari iman.’ Untuk program yang ada kaitannya dengan kebersihan digunakan ahdits, ‘Kebersihan adalah bagian dari iman.’ Untuk melegalkan perbedaan pendpaat digunakanlah hadits, ‘Perbedaan pendapat di antara ummatku adalah rahmat.’ Untuk menggiatkan semangat kerja dan ibadah digunakanlah hadits, ‘Bekerjalah
untuk penghidupan duniamu seakan-akan engkau akan hidup untuk selamanya
dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.’ Untuk memotivasi membacaa l-Qur’an digunakanlah hadits, ‘Tiap-tiap
sesuatu itu ada jantungnya dan jantung al-Qur’an adalah Yasin,
barangsiapa yang membacanya seolah-olah ia telah membaca al-Qur’an 10
kali.’
Hadits-hadits yang kami sebutkan di atas bukanlah sabda Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasallam, melainkan kebohongan yang dibuat-buat dan
dinisbatkan kepada Rasulullah. Untuk urusan ini, kita mesti berhati-hati
karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa yang menceritakan suatu hadits dariku yang ia ketahui bahwasanya itu dusta, maka ia termasuk golongan para pendusta.’ [HR. Muslim 1/9].
Andai bukan karena keterbatasan ruang, niscaya akan kami terangkan semua
kedudukan hadits-hadits tersebut. Tetapi, dalam kesempatan ini kami
hanya akan menjelaskan dua hadits yang telah kami sebutkan di awal
pembahasan ini.
Kebersihan Sebagian daripada Iman
‘Kebersihan sebagian daripada iman’, bukan hadits!
Para ahli ilmu tidak menemukannya di dalam kitab-kitab hadits dan tidak
pula menemukannya di dalam kitab kumpulan hadits-hadits palsu (maudhu’).
Ada yang serupa dengan ungkapan tersebut yaitu, ‘Kebersihan mengajak pada iman,’ sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Khathib al-Baghdadi dalam bukunya Talkhis al-Mutasyabbih fi ar-Rasm 1/2233-224,
maka dia membawa sanadnya sampai kepada Abdullan bin Mas’ud
Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, ‘Mencabut
sisa-sisa makanan di sela-sela gigi, maka sesungguhnya itu adalah
kebersihan dan kebersihan itu mengajak pada keimanan dan iman akan
berada di Syurga bersama orang yang beriman.’ Dalam sanad hadits ini ada Ibrahim bin Hayyan. Ibnu ‘Adi membuat biografinya dalam al-Kamil 1/253 dan dia menyebutkan bahwa hadits-haditsnya palsu (maudhu’) dan munkar.
Atau ungkapan serupa lainnya, ‘Agama itu dibangun atas dasar kebersihan’, seperti yang disebutkan oleh Imam al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya ‘Ulmuddin 1/124.
Namun, ungkapan ini dikomentari oleh al-Hafidz al-Iraqy, beliau
berkata, ‘Saya tidak dapati hadits yang bentuknya sebagaimana tersebut
ini.’ Ungkapan seperti ini menunjukkan bahwa beliau menolak keberadaan
hadits ini alias hadits ini adalah palsu.
Tuntulah Ilmu Sampai Negeri Cina
‘Tuntutlah ilmu walau di negeri Cina’, hadits bathil! Bukan ucapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Ady dalam kitabnya 2/207, Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru al-Ashbahan 2/206, al-Khatib al-Baghdady dalam kitab at-Tarikh 9/364.
Semua riwayat ini melalui jalan; al-Hasan bin ‘Athiyah. Tetapi,
dalamsanadnya ada rawi yang bernama; Abu ‘Atikah dan ia termasuk rawi
yangmatruk. Rawi inilah yang meriwayatkan dengan adanya tambahan ; Walau di negeri Cina.
Imam al-Bukhari mengatakan, ‘Ia (Abu ‘Atikah) adalah munkarul hadits
(suka meriwayatkan hadits-hadits munkar).’ An-Nasa’i berkata, ‘Bukan
rawi kepercayaan.’ As-Sulaimany menggolongkannya sebagai orang-orang
yang dikenal memalsukan hadits. [Untuk jawaban dan penilaian secara
rinci silakan merujuk pada kitab adh-Dhaifah 1/416 karya Syaikh al-Albani].
Kesimpulan
- Dua hadits yang telah kita bahas di atas adalah hadits palsu, bukan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
- Setelah jelas kepalsuan dua hadits di atas, tidak bermakna bahwa seorang Muslim tidak diperintahkan menjaga kebersihan dan tidak pula dibebankan menuntut ilmu. Ada banyak ayat ataupun hadits shahih yang menerangkan demikian. Untuk kebersihan lihatlah QS. al-Baqarah ayat 222, sedang untuk menuntut ilmu lihatlah QS. al-‘Alaq ayat 1 dan QS. at-Taubah ayat 122.
- Tidak halal meriwayatkan apalagi mengamalkan hadits palsu. Adapun jika tujuan meriwayatkannya sebagai bentuk informasi kepada orang lain, lalu menerangkan kepalsuannya setelah meriwayatkan hadits tersebut, amka ahl itu diperbolehkan. Wallahu A’lam.
(Abu Halbas Muhammad Ayyub. Jember 1413 H. http://alburhanalislamiah.blogspot.com/2012/05/tuntut-ilmu-sampai-negeri-cina.html?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar